Tampilkan postingan dengan label #DiaryOna. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label #DiaryOna. Tampilkan semua postingan

Mengapa Aku Gagal Donor Darah ke-5 Akibat Hemoglobin Rendah?

Mengapa Aku Gagal Donor Darah ke-5 Akibat Hemoglobin Rendah? - lusionams.com
Foto oleh Pavel Danilyuk dari Pexels

Kemarin tepatnya hari Rabu, 21 September 2023 aku meniatkan diri ke PMI terdekat untuk donor darah. Berdasarkan aplikasi tracking menstruasi, Flo seharusnya aku sudah menstruasi beberapa hari lalu. Namun, karena faktor stress selama sebulan lebih membuat aku belum menstruasi.

Karena belum menstruasi, aku berinisiatif untuk donor darah. Terlebih tubuhku enggak menunjukkan gejala sindrom pramenstruasi kecuali mood yang mulai berubah-ubah. Gejala lain seperti sakit pinggang, perut keram, sakit kepala, dan lain-lain belum aku alami. Justru karena belum alami gejala lain yang buat aku berpikir bahwa siklus menstruasiku lebih panjang lagi.

Prediksi hari menstruasi dan jadwal donor darah memang berdekatan, aku seharusnya bisa donor darah pada tanggal 18 September 2023 dan tanggal segitu juga aku sudah seharusnya menstruasi.

Share:

Self-Love: Aku Mencintai Rambutku

Sebagai perempuan yang dari dulu identik dengan gaya menata rambut kucir kuda, penataan ini membuatku merasa adalah hal yang praktis dan mudah. Aku hanya memerlukan satu ikat rambut dan mengumpulkan semua rambutku menjadi satu kepalan lalu memutar ikat rambut hingga rambut bersatu dalam ikatan. 

Mengikat rambut sudah aku lakukan sejak duduk di bangku sekolah dasar karena rambutku panjang dan kebanyakan teman-temanku yang enggak berkerudung memang melakukan demikian juga. Aturan tertulis memang enggak pernah aku lihat mengenai rambut yang diikat dengan kucir kuda.

Aku ingat saat kelas 3 SD, rambutku mulai panjang sedada dan aku penasaran untuk menggerai rambut. Namun, hari itu juga wali kelasku bilang, "Besok rambutnya diikat ya". Setelah itu dan seterusnya aku selalu ikat rambut. Rambut yang enggak jatuh lurus memang terlihat berantakan. Iya, rambutku memang bukan lurus dan rapi. Kalau masa sekarang ini disebut wavy hair.

Enggak pernah ada yang mengajariku untuk merawat rambut, aku taunya sampo dan selesai. Mengenal kondisioner saat SMP, itu pun enggak aku lakukan dengan rajin. Pikirku saat itu terpenting keramas dengan sampo dan bersih, selesai.

Tentang Standar Kecantikan

Iklan-iklan di media cetak dan media online tentunya berperan besar terhadap pola pikirku saat itu. Rambut hitam, panjang, lurus, lembut, dan berkilau seperti iklan sampo adalah rambut tercantik.

Mempunyai pemikiran demikian membuatku malu atas rambut yang aku punya. Enggak seperti orang-orang, begitu pikirku. 

Pola pikirku atas standar kecantikan yang sering ditampilkan melalui media cetak dan online membuatku resah dengan rambut sendiri. Akhirnya terjebak dengan yang penting rapi lalu memilih mengikat rambut setiap hari.

Enggak bisa dibohongi bahwa aku ikut serta menyukai standar itu. Aku menganggap rambut yang bertolak dan kondisi rambutku adalah terbaik dan tercantik. Pemikiran untuk mengubah kondisi rambut pastinya muncul.

Tawaran jasa salon yang tersebar pada masa itu adalah smoothing, bukan lagi rebonding. Penawaran harga yang sering ditampilkan di salon pun mulai membuatku berpikir untuk melakukannya. Namun, sebelum sejauh itu aku pernah mencoba googling.

"Cara meluruskan rambut dengan alami", keyword ini menjadi pencarian yang aku ketik di tahun 2013. Saat Google belum mempunyai aturan SEO dan artikel yang ditulis enggak sesuai dengan ilmiah atau kata para ahli di bidang rambut.

Kalau aku harus sebutkan cara apa yang pernah aku lakukan, ini pasti terlihat ngaco. Pokoknya selama bahan alami yang dituliskan ada di rumah khususnya dapur, aku akan coba. Berhasil? Tentunya enggak.

Saat itu, aku enggak menyadari betapa beragamnya jenis dan bentuk rambut. Setiap orang memiliki rambut yang berbeda meskipun masih sedarah sekalipun. Aku terlalu fokus dengan standar yang ada di media dan enggak menyadari bahwa Tuhan menciptakan berbagai jenis rambut.

Aku terlalu menghakimi rambutku atas standar rambut yang cantik sampai lupa bahwa harusnya aku mencintai dan menunjukkan cinta dengan merawatnya.

Perjalanan Menuju Self-Love dan Merawat Rambut dengan Baik

Pertama kali menyadari bahwa semua rambut adalah cantik, hal yang aku lakukan adalah berhenti untuk cari tau cara untuk meluruskan rambut dengan alami. Faktanya, rambut alamiku bukan lurus melainkan wavy. Rambutku enggak akan pernah bisa lurus kecuali menggunakan heat styling yang bertahan sementara atau melakukan smoothing yang juga sementara namun agak lebih lama.

Memulai perawatan rambut sesuai dengan kondisi rambut tentunya enggak aku lakukan sehari jadi, karena sampai hari ini aku masih banyak belajar untuk mengenal rambutku. Namun, beberapa basic hair care yang harus aku lakukan dan bisa dilakukan untuk semua jenis rambut adalah sampo, kondisioner, dan hair serum atau vitamin.

Dari situ pelan-pelan aku mulai mengenal jenis kulit kepala, jenis batang rambut, masalah rambutku saat itu, do and dont's untuk jenis rambutku.

Hal terberani saat memutuskan untuk merawat rambut adalah memotong ujung rambut tanpa merasa sayang. Ujung rambutku saat itu kering dan bercabang, karena merasa cocok dengan rambut panjang akhirnya aku memaksa untuk mempertahankan rambut panjang yang rusak. Kalau kamu bingung mulai dari mana untuk merawat rambut, kamu bisa coba potong ujung rambut kamu yang bercabang. Enggak perlu merasa sayang, justru rambut bercabang memerlukan banyak nutrisi yang akhirnya mempengaruhi batang rambut secara keseluruhan.

Selain itu, aku mulai rajin untuk melakukan deep hair oiling sebelum keramas. Menurutku, meskipun selama beberapa bulan coba banyak produk untuk menemukan kecocokan, hair oiling adalah hal yang enggak akan pernah gagal. Proses keramas memang lebih panjang, namun hasilnya untuk jangka panjang.

Jadi, kalau ada yang tanya ke aku apa basic hair care routine yang harus dilakukan, aku enggak akan ragu untuk jawab hair oil, sampo, dan kondisioner.

Kebiasaan menggunakan heat styling seperti catokan setiap setelah keramas juga mulai aku tinggalkan. Selama setahun, aku bisa hitung jari untuk menggunakan catokan. Rambutku memang kering, meskipun menggunakan heat protectan sebelum nyatok tentunya tetap kering. Akhirnya aku memilih untuk enggak sentuh lagi catokan kalau enggak urgent.

Menerima Rambutku Apa Adanya

Selama fase merawat, tentunya ada momen mempertanyakan kapan rambutku bisa sepanjang perempuan yang aku lihat foto atau videonya di media sosial. Mempertanyakan apakah bisa secantik rambut mereka dan masih banyak lagi. Namun, perlu diingat bahwa semua orang memiliki jenis rambu yang berbeda.

Menunggu memang bukan hal yang menyenangkan, perlahan hasil dari merawat dan menunggu mulai terlihat. Rambutku mulai lebih sehat dan bertumbuh. Aku mulai mengetahui lebih jauh rambutku dan kecocokannya dengan berbagai produk. Sampai akhirnya aku merasa enggak perlu lagi mengikuti orang lain dengan rambut yang jenisnya berbeda atau bahkan meniru produk yang digunakan orang lain. Belajar jenis rambut membuat aku belajar juga tentang kandungan dan komposisi suatu produk.

Mulailah Mencintai Rambutmu Sendiri

Perjalanan untuk mencintai rambut sendiri tentunya enggak akan pernah berhenti. Aku belajar bahwa mencintai rambut sendiri dengan cara merawatnya adalah bentuk dari merayakan diri sendiri. Setiap perbedaan adalah keunikan, enggak ada standar kecantikan baku karena rambutmu dan rambutku adalah cantik.

Kalau kamu merasa enggak puas dengan rambutmu, jangan lupa ya bahwa rambutmu adalah bagian dari siapa kamu. Kalau kamu enggak suka, lalu siapa yang suka dengan rambut kamu kalau bukan kamu?

Coba mengenal rambut adalah salah satu cara untuk mengenal diri. Belajar jenis rambut, cari masalah dan kebutuhan rambut, kemudian berikan perawatan yang sesuai. Setelahnya cukup konsisten dan bersabar dengan proses.

Kamu tetap bisa styling rambut sesuai dengan jenis rambutmu atau bahkan mau kembali sentuh heat styling pun enggak masalah. Namun, jangan terlalu keras dengan diri sendiri dengan mengikuti standar kecantikan.

Kamu dan aku teruslah mencintai diri sendiri, merawat rambut dengan kasih sayang.

Menjadi bangga akan diri sendiri enggak begitu sulit, cukup rawat dengan sebaiknya dan berbahagialah dengan apa yang menjadi bagian diri kamu.

Selamat merawat rambut, ya.



Share:

KKN Selama 3 hari di Desa Sinaresmi: Pengalaman di Masa Pandemi COVID-19

Semester 7 menjadi semester dengan kegiatan yang lebih padat daripada semester lain, terlebih di masa pandemi Covid-19 banyak kegiatan yang jadi terhambat atau malah enggak bisa berjalan sama sekali.

Salah satu kegiatan yang masih terus berjalan namun agak terhampat yaitu KKN (Kuliah Kerja Nyata). Setelah rebutan judul kegiatan KKN sekaligus memilih kelompok, akhirnya aku mendapatkan kelompok KKN. Pemilihan judul KKN lumayan menguras pikiran karena harus di depan laptop dahn memastikan jaringan bagus. Rasanya seperti war tiket konser (walaupun belum pernah ngonser).

Belum lagi rencana untuk bisa sekelompok dengan teman-teman dekat yaitu Piwa, Opal, dan Nadiya.

Kelompok KKNku dominan mahasiswa fakultas hukum sebanyak 15 orang, 2 orang lainnya dari FISIP, dan 1 orang dari FAPERTA.

Dari sekian banyak penempatan kegiatan KKN, kelompok yang aku pilih melakukan kegiatan KKN di Desa Sinaresmi.

Share:

Pengalaman Pertama Kali Donor Darah, I'm So Excited!

Hari ini jadi hari yang begitu membahagiakan untuk aku karena akhirnya aku pertama kali donor darah, yeay!

Wacana donor darah sebenarnya dari tahun 2020, namun namanya wacana belum tentu terwujud bukan?

Kemarin aku ngobrol dengan Syarifah perihal donor darah, kalau Syar enggak sibuk ayo donor darah. Berhubung beda universitas tentunya beda kebijakan kegiatan belajar jadinya aku ikut waktunya Syarifah. Hari ini jadi hari baik bisa donor darah biarpun Syar ambil kesempatan di saat masih kuliah daring.

Persiapan sebelum donor yang pasti cukup tidur, enggak konsumsi obat sebelumnya, cukup makan sayur, enggak menstruasi, dan pastinya merasa sehat. Pede dulu aja, nanti juga screening kesehatan penentu bisa atau enggak untuk donor.

Donor darah yang perjalanannya kurang lebih 40 menit dan antrean yang hari itu agak panjang enggak buat aku mundur.

Selama perjalanan juga excited, enggak tau kenapa rasanya bahagia banget bisa donor darah. Berasa jadi manusia paling berguna, seriusan.

Saat screening semuanya bagus dan bisa donor darah. Selama donor enggak merasa takut sama sekali dengan jarum suntik atau darah.  Tentunya petugas donor darah tanya ke aku, "Pusing enggak?"

Gejala pusing dan lemas juga enggak aku rasa sama sekali.  Pokoknya enjoy the moment.

Perasaan bahagia setelah donor darah semakin ada. Aku merasa donor darah adalah cara sederhana untuk membantu orang lain yang membutuhkan. Rasanya seperti pahlawan karena bisa membantu harapan hidup orang lain.

Selama syarat donor darah terpenuhi, kamu bisa donor darah juga. Bisa membantu orang lain dari kualitas darah yang baik.

Aku harap ke depannya aku masih bisa donor darah lagi.

 


Share:

Kedua Kalinya: Pengalaman Vaksinasi COVID-19 Lanjutan

Setelah vaksinasi pertama 14 Juni 2021, akhirnya bisa vaksinasi kedua 15 Juli 2021. Agaknya beda ya tanggalnya, kalau aku perhatiin banyak yang selisih vaksinasi pertama ke kedua cuma 28 hari, sedangkan aku 31 hari. Kalau dapat SMS dari 119 memang informasinya 12 Juli 2021. Tapi, karena informasi nggak sesuai dengan realita akhirnya vaksinasi kedua 15 Juli 2021.

Share:

Pengalaman Nyata Selama Proses Vaksinasi COVID-19 Pertama

Pengalaman Nyata Selama Proses Vaksinasi COVID-19 Pertama




Masih ingat jelas kapan pertama kalinya program vaksinasi COVID-19 diadakan di Indonesia, tepatnya pada hari Rabu, 13 Januari 2021. Hari itu aku cuma bisa pantau lewat instagram, di mana pertama kalinya yang mendapatkan kesempatan untuk vaksinansi adalah Presiden Joko Widodo dan diikuti oleh pejabat, organisasi profesi, tokoh masyarakat, dan perwakilan masyarakat.

Share:

Pengalaman Menghadapi Jerawat: Harus Siap Mental dan Sabar

Pengalaman Menghadapi Jerawat: Harus Siap Mental dan Sabar - lusionams.com
Foto oleh Anna Nekrashevich dari Pexels


Dari dulu aku bukanlah perempuan yang memiliki wajah mulus tanpa jerawat. Ada masanya aku memiliki jerawat, entah karena menstruasi, kurang menjaga kebersihan, hormonal, dan lain-lain. Sampai akhirnya pada bulan November 2020, aku disadarkan dengan jerawatku yang semakin parah.

Share:

Ketika Kesempatan Bertemu, Bukan Sekadar Frekuensi

 


Ketika Kesempatan Bertemu, Bukan Sekadar Frekuensi - lusionams.com

Liburan semester sebenernya nggak buatku jadi bisa pergi ke mana-mana, apalagi rencana nggak ada sama sekali. Kayaknya libur versiku itu di rumah aja udah cukup. Padahal selama kuliah tiap minggu pasti ke rumah. Tapi, perasaannya beda karena nggak ada tugas dan materi yang aku bawa pulang ke rumah. Libur semester buatku harus bawa baju dari kost agak banyak yang nyatanya nggak dipakai semua. Bukan karena pakai itu lagi-itu lagi tapi memang nggak pergi ke mana-mana.

Share: