Foto oleh Anna Nekrashevich dari Pexels |
Dari dulu aku bukanlah perempuan yang memiliki wajah mulus tanpa jerawat. Ada masanya aku memiliki jerawat, entah karena menstruasi, kurang menjaga kebersihan, hormonal, dan lain-lain. Sampai akhirnya pada bulan November 2020, aku disadarkan dengan jerawatku yang semakin parah.
Rasanya kali itu menjadi jerawat terparah yang pernah aku
alami. Jenis jerawat yang aku alami adalah jerawat mendam atau jerawat nodul. Kalau
aku ingat-ingat kembali apa yang membuatku berjerawat, aku belum temu pasti
kenapa bisa berjerawat.
Olahraga bisa 5-6x dalam seminggu, minum air mineral lebih
dari 2L per hari, tidur berusaha cukup, kebersihan wajah diusahakan, dan kebersihan
bantal juga. Jadi, apa yang menjadi penyebab jerawatku?
Aku rasa stress menjadi penyebab jerawatku. Selama pandemi Covid-19, yang mana
semua orang banyak di rumahkan termasuk kegiatan perkuliahan demi memutus
rantai penyebaran virus dan tentunya aku di rumah.
Padahal selama di kost, aku belum pernah mengalami jerawat
yang begitu parah. Palingan 1-2 jerawat dan enggak lama akan menghilang,
terpenting aku tetap menggunakan basic skincare. Gaya hidup selama di kost juga
enggak begitu sehat. Aku enggak begitu memperhatikan nutrisi makanan apalagi
jam tidur.
Kenapa Stress Bisa Menyebabkan Jerawat?
Well, stress yang aku alami semasa pandemi Covid-19 adalah
stress karena enggak terbiasa di rumah tanpa adanya interaksi dengan orang lain
selain keluarga. Ya, sebutlah aku seorang ekstrovert.
Stress tentunya berkontribusi cukup besar pada perkembangan
jerawat yang aku alami. Saat aku cari tahu lebih jauh mengenai hubungan stress dan
jerawat, ternyata tubuh melepaskan hormon stress seperti kortisol dan hormon
adrenalin. Tingginya hormon kortisol dan hormon adrenalin dapat merangsang
kelenjar minyak di kulit sehingga memproduksi banyak minyak yang dapat menyebabkan
penyumbatan pori-pori kulit lalu timbul jerawat.
Kesalahan yang Dilakukan Saat Kulit Berjerawat
Sebelum aku berhasil menyembuhkan jerawat, aku melakukan
beberapa kesalahan yang aku harap enggak dilakukan banyak orang. Beberapa kesalahan
yang dilakukan saat kulit sedang berjerawat yaitu:
Memencet atau Menggaruk Jerawat
Kesalahan terbesar yang
sering kali dilakukan saat sadar maupun enggak sadar adalah memencet dan
menggaruk jerawat. Jerawat yang besar dan memerah biasanya cenderung terasa sakit,
kadang aku enggak sadar menggaruk jerawat sehingga jerawat jadi semakin
meradang. Saat sentuh wajah dan merasa jerawat lunak pun aku enggak sengaja
pencet dan jerawat jadinya pecah. Akhirnya malah memperparah kondisi jerawat
dan bekas jerawat lebih menghitam.
Sentuh Wajah dengan Tangan yang Tidak Steril
Melihat poin
sebelumnya, tentunya hal-hal yang dilakukan enggak sengaja dan sengaja sering
kali tanpa adanya persiapan untuk sterilkan tangan dengan mencuci tangan atau
menggunakan handsanitizer. Tangan yang kotor menjadi pengantar kuman ke wajah.
Menggunakan Produk yang Tidak Sesuai
Aku pikir eksfoliasi fisik
dengan butiran scrub yang besar adalah hal yang biasa untuk jerawat, ternyata
itu adalah kesalahan terbesar. Bukannya jerawat menghilang malah semakin parah.
Seharusnya saat berjerawat gunakan eksfoliasi kimia yang cenderung lebih
ringan.
Over-cleansing
Kalau bayangan over-cleansing adalah sering
mencuci wajah itu benar. Namun, versiku adalah terlalu lama membersihkan wajah dengan facial
wash terlebih di bagian yang berjerawat. Padahal enggak perlu over-cleansing karena enggak akan mempercepat penyembuhan jerawat.
Jarang Menggunakan Sunscreen
Selama pandemi Covid-19 karena
hanya di rumah saja, aku terbiasa untuk cukup membersihkan wajah dan pakai
pelembab itu pun kalau aku sempatkan. Kesalahan yang lebih besar daripada sekadar
merasa sempat yaitu menyepelekan sunscreen. Selama di rumah dan ada akses cahaya
matahari masuk ke dalam ruangan ternyata masih memerlukan sunscreen. Penggunaan
sunscreen dapat mencegah kondisi jerawat semakin parah karena paparan sinar
matahari.
Menggunakan Obat Jerawat Sembarangan
Mencari informasi
lewat Twitter dan banyak yang merekomendasikan beberapa acne spot, untuk mereka
yang merekomendasikan mungkin cocok tapi untuk aku enggak sama sekali. Indikasi
enggak cocok versiku adalah enggak ada perubahan sama sekali bahkan aku sudah
menghabiskan dua tube acne spot.
Aku banyak research tentang jerawat sampai akhirnya temu
beberapa orang yang sharing tentang kandungan aktif seperti tretinoin. Edukasi perihal
tretinoin cukup banyak aku temukan dari konten Youtube channel Puspita.
Aku enggak menyarankan untuk menggunakan tretinoin tanpa
pengawasan dokter, karena hasil selama penggunaan tretinoin tentunya enggak
semua orang siap.
Berhubung aku modal nekat (tolong jangan ditiru), sudah siap
mental, dan yakin bisa sabar akhirnya aku memulai penggunaan tretinoin.
Tretinoin yang aku gunakan dari Vitacid dengan dosis
terendah yaitu 0,025%.
0 Comments:
Posting Komentar
Hai, terima kasih telah membaca dan berkomentar di postingan ini.