Pengalaman Nyata Selama Proses Vaksinasi COVID-19 Pertama

Pengalaman Nyata Selama Proses Vaksinasi COVID-19 Pertama




Masih ingat jelas kapan pertama kalinya program vaksinasi COVID-19 diadakan di Indonesia, tepatnya pada hari Rabu, 13 Januari 2021. Hari itu aku cuma bisa pantau lewat instagram, di mana pertama kalinya yang mendapatkan kesempatan untuk vaksinansi adalah Presiden Joko Widodo dan diikuti oleh pejabat, organisasi profesi, tokoh masyarakat, dan perwakilan masyarakat.

Hari itu juga sempat pikir, kapan ya aku bisa dapat vaksin juga?

Sedangkan masyarakat umum masih belakangan. Rakyat Indonesia kan banyak banget, kebagian nggak ya di tahun ini?

Semenjak tau bahwa vaksinasi akan diadakan di Indonesia, aku selalu tunggu kapan giliran aku karena aku mau dan siap untuk vaksinasi. Kalau lihat dari syarat untuk vaksinasi, aku layak. Usia lebih dari 18 tahun dan sejauh ini aku merasa sehat.

Senin, 14 Juni 2021 dapat kabar dari Mama kalau ada vaksinasi di RT kami karena yang kabari memang RT setempat.

Akhirnya di pukul 09:20 berangkat menuju lokasi vaksinasi.

Suasananya lumayan ramai, banyak banget warga yang vaksinasi tapi yang aku lihat dominan orang yang tua. Rasanya yang muda cuma aku.

Persiapan untuk ke sana perlu bawa fotocopy KTP dan pulpen.

Sampai di lokasi vaksinasi, di mana lokasinya berapa di sekitar rumah warga dan bukan di Puskesmas atau kantor kecamatan. Kemudian aku diberi formulir dan kartu vaksinasi. Formulir harus diisi sesuai data diri dan menjawab sejujurnya pertanyaan yang ada pada formulir. Sempat bingung saat isi formulir, apa harus diisi oleh diri sendiri atau diisi saat skrining kesehatan. Karena pada saat itu ada yang bilang isi, ada yang bilang nggak. Berhubung suasana ramai dan berusaha mengindari kerumunan, jadinya aku pilih untuk isi sendiri dan sisanya diisi saat skrining kesehatan. Ada baiknya tanya lagi sih, khawatir ada kesalahan ya. Cuma pada saat kejadian aku nggak melakukan kesalahan.

Sayangnya saat antri agak kurang kondusif, kurang teratur, dan malah nggak antri.

Mama dan aku dapat antrian 75 dan 76. Beberapa kali ke ruangan yang dijaga oleh panitia selalu dibilang "Nanti dipanggil sesuai urutan." Tapi, hampir 30 menit tunggu kok nomor aku nggak dipanggil? Malah banyak orang yang asal masuk.

Memang semua nggak sesuai harapan dan seharusnya, karena aku tau vaksinasi nggak makan waktu yang lama. Akhirnya berani untuk tunggu di depan ruangan sampai di suruh masuk.

Beberapa menit di ruangan, tunggu gantian untuk skrining kesehatan ternyata ada yang masuk duluan dan antriannya ke-100. Wah nggak beres kalau begini.

Nggak lama setelahnya mulai diatur, yang terlanjur masuk ruangan ditanya antri ke berapa. Karena disebut mulai dari antri ke-89, aku yang dapat antrian ke-76 akhirnya tetap di ruangan. Gimana nggak di ruangan, antrian aku aja udah disela.

Selesai urusan antri, aku mulai skrining kesehatan. Dokter mulai cek tensi darah dan suhu tubuh. Ditanya juga gimana kondisinya sekarang, apa ada gejala lain. Karena aku baik-baik aja, akhirnya lanjut untuk suntik vaksin.

Aku nggak takut suntik, cuma memang agak tegang ya saat mau disuntik. Akhirnya alihin pandangan ke arah lain dan vaksinasi selesai.

Selesai penyuntikan langsung pindah ke ruangan lain untuk observasi setelah penyuntikan. Karena nggak menunjukkan gejala apa pun dan Mama juga baik-baik aja akhirnya kami bisa pulang. Saat perjalanan pulang, aku masih bisa bawa kendaraan motor dan nggak mengalami gejala apa pun selain lengan pegal yang rasanya kayak salah form saat angkat dumbbell.

Sebenarnya saat vaksinasi ini lebih khawatir ke Mama daripada diri sendiri, karena ingat Mama mulai menua yang pasti kesehatannya menurun. Beberapa kali tanya, "Mama ada gejala nggak?" Jawabannya nggak dan Mama baik-baik aja.

Sampai hari Sabtu, aku nggak merasakan gejala yang mengganggu aktivitas di vaksin pertama COVID-19. Untuk Mama yang vaksinasi pertama kali saat usia hampir 50 tahun juga sejauh ini nggak mengalami gejala yang mengganggu selain lengan kiri yang pegal.

Selanjutnya tinggal menunggu SMS dari 1199 yang isinya berupa link sertifikat vaksinasi pertama dan jadwal vaksinasi kedua.

Sayangnya, ada terjadi kesalahan. Data yang dimasukkan untuk Mama bukan data Mama.

Kesalahannya yaitu mereka memasukkan nama dan nomor telefon aku dengan menggunakan NIK Mama. Kemudian memasukkan nama, nomor telefon, dan NIK aku. Akhirnya aku dapat dua SMS dari 1199 dengan data yang berbeda. Sebenarnya heran, kenapa bisa salah input data padahal aku menulis data sangat jelas dan sesuai. Bahkan ada fotocopy KTP kalau mereka mau lebih yakin untuk input data.

Awalnya aku masih pikir nanti mereka akan ubah datanya tapi 2x24 jam nggak ada perubahan. Bahkan beberapa kali cek website pedulilindungi.id jadinya namaku ada dua tapi dengan NIK yang berbeda. Sedangkan nama Mama dan NIKnya nggak terdaftar.

Pengalaman Nyata Selama Proses Vaksinasi COVID-19 Pertama
Bukti data yang nggak terdaftar dan data nama yang double tapi beda NIK.
(Sengaja watermark yang banyak biar nggak disalahgunakan)


Mulai cari tau informasi lewat twitter. Aku dapat informasi untuk coba telefon hotline covid di 119 ext 9. Sayangnya semenjak hari Selasa mulai telefon tapi selalu ditolak di 2-6 detik pertama. Karena nggak mungkin aku biarin akhirnya aku pergi ke Puskesmas  pada hari Kamis, 17 Juni 2021. Sampai sana juga jawabannya sama, harus telefon 119. Padahal kesalahan ini ada karena salah memasukkan data.

Sampai tulisan ini dibuat, aku belum bisa mengubungii119 ext 9. Entah karena kasus COVID-19 yang semakin meningkat atau apa, yang pasti aku masih usahakan menghubungi hotline covid sebelum vaksinasi tahap ke-2.

Semoga setelahnya aku bisa perbaiki data vaksinasi Mama dan semoga nggak ada kelalaian seperti ini lagi.

Share:

0 Comments:

Posting Komentar

Hai, terima kasih telah membaca dan berkomentar di postingan ini.