Pengalaman Intermittent Fasting 48 Jam: Hasil dan Manfaatnya

Pengalaman Intermittent Fasting 48 Jam

Intermittent Fasting (IF) merupakan salah satu metode diet yang sudah populer semenjak tahun 2012 dan semakin populer akhir-akhir ini. Metode diet ini dilakukan dengan berpuasa dalam jangka waktu tertentu, namun tetap bisa minum-minuman yang 0 kalori seperti air mineral, teh, dan kopi yang tentunya tanpa gula.

Pengalaman intermittent fasting sudah aku lakukan semenjak 2019 saat memulai diet pertama kali. Tujuan awal diet memang untuk menurunkan berat badan. Jangka waktu yang aku lakukan selama intermittent fasting pada awalnya yaitu 18 jam puasa dan 6 jam untuk makan. Saat itu aku belum sadar bahwa apa yang aku lakukan adalah intermittent fasting.

Mulai tahun 2020 aku mulai serius dengan intermittent fasting dengan tracking waktu menggunakan aplikasi. Selama intermittent fasting tentunya aku juga memperbaiki kualitas makananku. Bukan sekadar menghindari makanan tertentu, namun memperhatikan keseimbangan gizi.

Intermittent fasting yang biasa aku lakukan 16:8 mulai meningkat hingga 24 jam. Karena aku merasa cukup mampu untuk berpuasa lama, akhirnya untuk pertama kalinya aku mencoba intermittent fasting 48 jam.

Alasan Mencoba Intermittent Fasting 48 Jam

Keputusan untuk intermittent fasting 48 jam didorong dari perasaan mulai enggak nyaman dengan tubuh dan pencernaan. Belakangan aku mulai makan bebas sehingga pencernaanku enggak lancar dan itu cukup mengganggu. Padahal aku sudah cukup banyakan makan buah dan sayur, namun belum berhasil juga.

Melihat salah satu video di Youtube tentang Intermittent Fasting selama 48 jam. Pengalaman mereka membuat aku percaya diri untuk mencoba.



Akhirnya setelah menonton beberapa video lain dan membaca artikel pendukung, aku mulai percaya diri dengan kemampuan tubuh untuk berpuasa.

Persiapan Sebelum Intermittent Fasting 48 Jam

Sebelum memutuskan untuk melakukan Intermittent Fasting, tentunya ada beberapa hal yang aku lakukan:

1. Terbiasa intermittent fasting 20-24 jam

Kebiasaan intermittent fasting hampir 24 jam tanpa merasa ada masalah kesehatan setelahnya jadi pertanda bahwa tubuhku mampu untuk beradaptasi puasa lebih lama.

2. Minum air mineral yang lebih banyak

Selama berpuasa, aku lebih merasa haus daripada lapar. Jadi, aku harus terbiasa minum air yang banyak untuk mencukupi cairan harian terlebih puasa lebih dari 24 jam.

3. Beraktivitas seperti biasa

Selama berpuasa penting untuk merasa sibuk sampai lupa sedang berpuasa agar menghindari fokus pikiran untuk makan. Namun, tetap sesuaikan dengan kemampuan tubuh.

Hari Pertama Intermittent Fasting 48 Jam

Aku memulai intermittent fasting hari Rabu, 23 September 2020 pukul 15:51, makanan terakhir yang aku makan yaitu singkong rebus. Aku sebenarnya enggak memiliki persiapan yang begitu banyak. Cukup keyakinan bahwa aku mampu melakukannya.

Karena beberapa hari sebelumnya aku makan bebas, jadi aku berinisiatif untuk intermittent fasting untuk mengosongkan lambung dari banyaknya makanan yang terlalu bebas. Sebelum benar-benar mulai, aku menyiapkan beberapa botol air supaya aku fokus menghabiskan jumlah minuman. Aku harus memastikan bahwa selama intermittent fasting 48 jam enggak dehidrasi sama sekali.

Untuk 20 jam pertama, aku enggak merasa lapar atau haus karena aku sudah terbiasa untuk intermittent fasting lebih dari 20 jam. Jadi, aku masih merasa enjoy selama enggak mengonsumsi apa pun selain air mineral.

Aku masih bisa workout zumba selama 30 menit dengan perut kosong. Kebetulan aku memang lebih suka workout saat perut kosong jadi enggak ada perasaan lemas atau pusing selama workout pagi.

Untuk 24 jam pertama aku masih mampu tanpa ada makanan sama sekali, aku lebih merasa haus daripada lapar. Karena banyak minum jadinya aku lebih sering buang air kecil. Hal ini masih normal dan wajar karena banyaknya air yang diminum daripada biasanya.

Memasuki 28 jam, saat malam hari aku mulai merasa kedinginan. Hari itu cuaca enggak hujan sama sekali, suhu kamar juga enggak berubah. Namun, tubuhku terasa jauh lebih enteng. Enggak merasa sakit bahkan di lambung sekalipun.

Selama intermittent fasting, aku tetap beraktivitas seperti biasa. Karena selama pandemi Covid-19 kuliah dari rumah jadi aku tetap kuliah seperti biasa. Pokoknya aku pastikan  cukup sibuk supaya enggak ada kesempatan untuk memikirkan makanan.

Hari Kedua Intermittent Fasting 48 Jam

Pada hari kedua, memasuki 40 jam puasa saat pagi hari tubuh masih merasa dingin. Dari yang search di Google kenapa bisa merasa dingin selama intermittent fasting yaitu karena saat tubuh kekurangan energi dapat menghasilkan perasaan dingin sebagai mekanisme adaptasi untuk menghemat energi.

Saat bercermin kemudian melihat lidah yang berubah warna mulai memutih dan pipi yang agak tirusan. Selain itu, indra penciuman lebih tajam dari biasanya. Aroma masakan mama hari itu lebih terasa daripada hari biasanya. Karena sudah memasuki 45 jam puasa, aku mulai menyiapkan makanan untuk mengakhir intermittent fasting.

Aku tetap sibuk dengan aktivitas seperti hari-hari biasanya. Aku malah semakin berenergi dan bisa workout ringan 30 menit sebelum waktunya mengakhiri intermittent fasting 48 jam. 

Akhirnya aku akhiri intermittent fasting dengan makan ubi rebus, sayur kacang panjang, ikan lele goreng, tempe rebus, tomat, telur rebus, dan labu siam. Aku enggak memiliki aturan makanan apa untuk mengakhiri intermittent fasting. Fokusku hanya mengonsumsi real food karena sebelum intermittent fasting aku terlalu banyak memakan processed food.

Hasil Intermittent Fasting 48 Jam

Selama intermittent fasting 48 jam, aku merasakan beberapa manfaat yang dirasakan secara langsung yaitu:

1. Tubuh terasa lebih ringan.

2. Wajah lebih tirusan meskipun aku enggak menimbang berat badan sama sekali.

3. Lebih berenergi daripada biasanya meskipun setelah makan.

4. Perasaan lapar yang menurun.

Kesimpulan

Intermittent fasting yang aku jalani memang memberikan hasil yang baik untuk kesehatan tubuh. Namun, untuk intermittent fasting selama 48 jam perlu kesiapan fisik dan mental. Karena memang perlu kemampuan pengendalian diri yang begitu kuat. Jadi, jangan lupa persiapkan diri sebelum intermittent fasting yaa. 

Share:

0 Comments:

Posting Komentar

Hai, terima kasih telah membaca dan berkomentar di postingan ini.